Menu Close

ABTI Badung Kecewa dengan Pengprov ABTI Bali, Pedamping ke PON Dimonopoli Pengurus Provinsi

Mangupura-Koni Badung,Muncul kekecewaan tentang penentuan team pedamping sebuah Cabang Olahraga (cabor)  kontingan Bali menuju PON 2024 ke Aceh dan Sumatra Utara. Mulai muncul  ketidakharmonisan dalam membina atlet yang akan mewakili Bali dalam PON tersebut.

Sebagian official seperti manajer, dan pelatih  dimonopoli pengurus provinsi, sehingga menimbulkan ketidakpuasan Pengurus Kabupaten Cabang Olahraga yang atletnya berbasis di Kabupaten dan Kota.

Pengkab Asosiasi Bola Tangan Indonesia (ABTI) Badung, Rabu 7 Februari 2024 mendatangi Pengurus KONI Badung untuk menyampaikan ketidakpuasan atas Keputusan Pengurus Provinsi ABTI Bali Nomor 014 Tahun 2024 tertanggal n02 Februari 2024 tentang penentuan official seperti manajer dan pelatih atlet ABTI ke PON.

Atlet Badung terpilih ikut PON  sebanyak 10 orang untuk putri dari 12 atlet, dan 7 atlet putra dari 12 atlet.

Ketua Harian Pengkab ABTI Badung  I Gusti Agung  Ngurah Dedy Priyatno S.Pd. melaporkan ke KONI Badung, 17 atlet ABTI Badung lolos ke PON mewakili Bali. Tapi Pengurus Provinsinya menunjuk  hanya satu orang pelatih asal Badung.

Sebanyak 10 official/pedamping lainnya termasuk manajer dan pelatih lain, diambil  atas nama pengurus Provinsi. Malah ada pelatih lain itu ditunjuk, padahal ybs tidak memiliki atlet dan belum pernah menjadi pelatih.

“Apakah ini adil? Sama sekali tidak adil. Sebanyak 17 pemain  kita sumbangkan untuk Bali, apa adil hanya didampingi satu pelatih dari Badung? Saya minta KONI Badung dapat memperjuangkan melalui KONI Bali supaya ada keseimbangan yang wajar, menyangkut official tersebut” kata Gung Dedy didampingi Sekertarisnya  Agus Aditya, Humasnya Gede Putrawan, dan Agus Sedana, Kordinator Wasit ABTI Badung.

Sebagaimana diketahui dalam pra PON sebelumnya Pengprov ABTI meloloskan sejumlah atletnya ke PON dimana terbanyak yakni 17 atlet Badung.

Ketua Umum KONI  Badung Made Nariana yang menerima rombongan Pengkab ABTI Badung didampingi Wakil Ketua Ketut Widia Astika, Bidang Hukum Made Subagiadnya dan KTU Gung Rawat Dwaja, mengatakan, bahwa ia dalam setiap rapat dengan KONI Bali dan Pengurus Cabang Olahraga Provinsi selalu berharap, pengiriman kontingan Bali ke PON beserta official khususnya pelatih, supaya lebih proporsional.

Untuk kepentingan PON, Atlet Bali mendapat dukungan atlet kabupaten seluruh Bali. Pengurus Provinsi hanya mengkordinasikan atlet dari semua kabupaten dan kota. Oleh karena itu, official khusus pelatih hendaknya dilakukan dengan adil sehingga Pengurus Kabupaten/Kota, atlet dan pelatih tidak kecewa. 

“Saya minta Pengurus Provinsi Cabor terkait jangan sewenang-wenang apalagi terkesan rakus. Kalau atletnya lebih banyak dari kabupaten A misalnya, pelatihnya sebanyak mungkin yang mendampingi seharusnya dari Kabupaten A juga. Supaya ada hubungan bathin dan chemistry antara atlet dan pelatih,” kata Nariana.

Ia mengatakan kalau official sampai puluhan orang, masak Badung hanya dijatah satu orang. Ini namanya keterlaluan.

Nariana mengatakan, seharusnya Ketua Umum KONI Bali dapat melakukan intervensi terhadap persoalan seperti ini. Pengurus Provinsi Cabor hanya mengakomodasikan atlet-atlet yang disumbangkan kabupaten/kota.

Oleh karena itu, mbok ya tahu diri dan legowo cukup sebagai pimpinan kontingen. Sementara bagian teknis seperti pelatih diserahkan sepenuhnya kepada pelatih dari mana atlet itu berasal.

Nariana menduga, kalau cara monopoli ini diterapkan, ia khawatir  arena PON dianggap hanya sekadar formalitas untuk “dolan-dolan”. Bukan berjuang dan bertanding mati-matian membela Bali untuk meraih prestasi.

“Janganlah PON dipakai kesempatan mumpung berkuasa. Kontingen Bali datang ke PON, berjuang mempertahankan rangking 5 dalam ajang tersebut,” pungkas Nariana yang mantan Ketua Umum KONI Bali. (*)