Legian-KONI Badung,– International Surfing Open dalam rangka Koni Badung Sport Tourism (KBST) resmi dimulai pada, Kamis 11 Juli 2024. Lomba ‘penakluk ombak’ yang digelar di pantai Legian, Kuta itu diikuti oleh 300 peselancar dari 18 negara termasuk Indonesia.
Ketua Persatuan Selancar Ombak Indonesia (PSOI) Kabupaten Badung, Nyoman Asti Adi mengatakan, gelar Internasional Surfing 2024 disambut antusias oleh para peselancar, tidak hanya di Indonesia juga negara-negara lainnya. Terbukti gelaran kali ini diikuti oleh 300 orang peselancar dari 18 negara termasuk Indonesia.
“Selain peselancar dari Badung – Indonesia, 17 negara lainnya juga ikut dalam ajang tahun ini, seperti: Amerika, Australia, Brazil, Canada, China, Colombia, England, Phillipine, Hawaii, Japan, Korea, Russia, Singapore, Spain, Swedia, dan Taiwan dengan 106 perserta dan 194 peserta Indonesia sehingga total 300 peserta,” terang Asti Adi.
Lebih lanjut Asti Adi yang didampingi Ketua Panitia Kadek Arnawa menerangkan, pihaknya sengaja membatasi jumlah peserta waktu pang terlibat dalam International Surfing Open. “Permitaan peserta sangat tinggi, ini sengaja kita batasi karena berkaitan waktu dan tempat penyelenggaraan,” katanya.
Sebab tambah dia, waktu lomba sangat bergantung pada cuaca, khususnya ombak di tempat penyelenggaraan. “Namanya kita bermain sama ombak, jadi kita lihat dulu ombak-ombaknya biar tidak terlalu besar dan lainnya,” kata Astiadi seraya menjelaskan waktu penyelenggaraan dimulai 11 sampai 13 Juli 2024 dengan Lima kategori, open men, open women, longboard men, longboard women dan Junior (U16).
Ketua Umum Koni Badung Made Nariana didampingi Sekretaris Umum Koni Badung I Made Sutama menyambut baik gelaran Internasional Surfing Open 2024. “Bagi saya ini luar biasa, sebab ada beberapa negara yang tidak terpikirkan juga ikut terlibat dalam jangan ini. Tentu ini sangat bagus,” kata Nariana.
Sebagai tujuan awal gelaran KBST adalah untuk meningkatkan prestasi dan juga meningkat kunjungan wisatawan. Karena itu itu pihaknya berharap gelaran itu bisa dilaksanakan secara rutin dalam tiap tahun.
“Memang waktunya kita terbatas, kalau dibuat dengan lebih banyak peserta dan waktu yang panjang tentu biayanya juga akan membengkak,” katana itu keikutsertaan peserta dibatasi. (*)